Menunggu Rindu
Ia adalah sesuatu yang kusebut rindu. Sesuatu yang tak bisa kusebut teman meski selalu menemani, sebab ia menyesakkan. Sesuatu yang takkan pernah kusukai meski tetap tak bisa kusebut musuh, sebab ia bukan benci.
Ingin kukatakan bahwa ia hanya sesuatu yang menyesakkan --sesederhana itu. Tapi, nyatanya tidak. ia tidak seperti rasa pada umumnya. Ia sungguh tidak sesederhana itu. Aku meski telah -selalu- merasainya tapi tetap saja aku masih belum bisa mengerti bagaimana seharusnya aku mengatasinya.
Ketika ia menghampiri, aku menyampaikannya, melabuhkannya pada tuannya. Aku mencipta temu. Namun, bukannya mereda, ia justru semakin membuncah bahkan sebelum punggung tuannya menghilang dari pandanganku.
Lalu, di sisi lain, saat ada jarak yang membentuk dinding menjulang tinggi antara aku dan tuannya sehingga tidak mungkin untuk kami mencipta temu, ia justru semakin membuatku gaduh. Kupikir ia akan mereda. Kupikir ia akan bersabar, kupikir ia memahami keadaanku. Namun, nyatanya tidak. Ahh, bukankah seharusnya ia mengerti bahwa aku juga cukup tersiksa?
Rindu, tidakkah seharusnya kita sedikit lebih bersabar, karena katanya sesuatu yang telah ditakdirkan pasti akan datang. Meski kita tak tahu tepatnya kapan. Jadi tenanglah, mari menunggu bersama, Rindu ^^
25th Dec, 2016